Sebuah gunungan yang terbuat dari beras ketan, makanan, dan buah-buahan serta sayuran dibawa ke masjid Agung untuk didoakan.Kemudian setelah itu, gunungan yang melambangkan kesejahteraan kerajaan Mataram ini dibagikan kepada masyarakat. Acara … Dan pada malam terakhir gamelan ini dibawa pulang kembali menuju ke dalam keraton.Dua hari sebelum acara puncaknya, diadakan suatu prosesi upacara bernama Numplak Wajik. Hasil dari proses penyebaran tersebut adalah lahirnya berbagai tradisi unik, salah satunya yaitu Sekaten.Ide ini pertama kali muncul berkat gagasan Sunan Kalijaga, agar menyelenggarakan sebuah perayaan untuk menyambut dan menyongsong hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada bulan Rabiul Awal.Gagasan ini merupakan sebuah ide cemerlang dan terbukti efektif dalam berdakwah dan memperluas ajaran agama Islam terutama pada masyarakat Jawa.Penggunaan metode akomodatif atas unsur-unsur lokali ini berhasil mengembangkan sikap inklusivisme dan toleransi, serta model komunikasi tanpa tekanan.

Sekati, yang bermakna setimbang, yakni mampu menimbang hal-hal baik dan buruk, serta yang terakhir Sekat, batas yang bermakna mampu membatasi diri untuk tidak berbuat jahat.Tradisi Sekaten sudah dilakukan turun temurun dari abad ke-15 yang bersumber dari Kerajaan Demak.

Seperti, Sahutain yang bermakna menghentikan atau menghindari perkara dua, yaitu sifat lacur dan menyeleweng.Sakhotain, menanamkan perkara dua, yaitu selalu memelihara budi suci atau budi luhur dan selalu menghambakan diri pada Tuhan.Sakhatain, menghilangkan perkara dua, yaitu watak hewan dan sifat setan.
Acara ini diadakan di halaman istana Magangan pada pukul 16.00 WIB.Prosesi upacara ini yaitu berupa kotekan atau permainan lagu seperti Lompong Keli, Tundhung Setan, Owal Awil, atau lagu-lagu rakyat yang populer dalam masyarakat Jawa. Ritual ini diawali oleh pasar malam selama 35 hari, disambung dengan ritual dibunyikannya 2 perangkat gamelan sekaten milik Kraton selama 7 hari, dan puncaknya adalah pembacaan Risalah Maulid … Grebeg Maulud dilanjutkan dengan dibunyikannya dua perangkat gamelan sekaten milik Keraton selama 7 hari.

Terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan didalam upacara kedua keraton tersebut. Di samping itu tradisi arak-arakan semacam Sekaten, ternyata telah ada semenjak masa Kerajaan Majapahit.Perayaan Sekaten sendiri memiliki berbagai prosesi yang dilakukan dalam beberapa rangkaian hari. Sekaten merupakan salah satu tradisi yang masih bertahan di kota Yogyakarta hingga sekarang.
Upacara Sekaten adalah kegiatan tahunan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW yang diadakan oleh Keraton Yogyakarta dan Surakarta. Menjelang peringatan Maulid Nabi 12 Rabiul Awal 1440 H, Sekaten merupakan tradisi yang dijalankan dan dinikmati banyak orang.

Pengakuan ini ditujukan kepada Allah serta Nabi Muhammad SAW.Beberapa perluasan makna dari Sekaten dapat juga dikaitkan dengan beberapa istilah.

Sekaten dilihat dari asal mulanya merupakan salah satu cara dakwah penyebaran Agama Islam di Jawa yang saat itu mayoritas penduduknya masih beragama Hindu. Acara ini diadakan setiap tanggal 5 Mulud (Kalender Jawa) atau Rabiul Awal tahun Hijriah.. Sekaten, diadakan tidak hanya di Yogyakarta namun juga di alun – alun utara Surakarta.Sama halnya di Surakarta (Solo) di … Upacara Sekaten adalah kegiatan tahunan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW yang diadakan oleh Keraton Yogyakarta dan Surakarta.

Acara ini dilakukan mulai pukul 08.00 hingga 10.00 WIB.

Suka artikel berjudul Sekaten, Ritual Upacara Adat Di Yogyakarta, Yuk bagikan ke: